Artikel ini membahas pengalaman kuliah di China dari perspektif tutor Cetta Mandarin, Felix Julius, mulai dari proses pendaftaran, pengalaman belajar bahasa selama 1 tahun, hingga tips sukses berkuliah di Tiongkok. Di akhir, kamu akan mendapatkan rekomendasi persiapan bahasa Mandarin sebelum berangkat.
Mimpi kuliah di luar negeri dengan biaya terjangkau kini bukan hal yang mustahil. China semakin populer di kalangan mahasiswa Indonesia karena menawarkan kualitas pendidikan tinggi dengan biaya yang relatif rendah, yakni sekitar 20-40 juta rupiah per tahun. Melalui program 1+3 tahun yang efisien, mahasiswa bisa memperoleh pengalaman internasional sekaligus mempersiapkan karier global tanpa harus menguras tabungan.
Kenapa Memilih Kuliah di China?
Tertarik untuk menimba ilmu di luar negeri? Untukmu yang tertarik dengan bahasa Mandarin mungkin bisa dicoba untuk kuliah di China. Selain belajar bahasa, ada banyak sekali hal-hal baru yang bisa dipelajari di sana termasuk budaya dan kulinernya.
Kali ini salah satu tutor Cetta Mandarin, Felix Julius, membagikan pengalamannya kuliah di China. Laoshi Felix sekarang sedang menempuh semester 6 di Anhui University dengan jurusan International Trade and Economics.
Ketertarikan Kuliah di China
Laoshi Felix mengungkap bahwa ia tertarik berkuliah di China karena abangnya juga berkuliah di universitas dan jurusan yang sama. Mengutip dari Beijing Language & Culture Institute, Anhui University memiliki program 1 tahun belajar bahasa dan 3 tahun berkuliah.
“Yang bikin tertarik ya itu kuliah 1+3, jadi cuma 4 tahun udah selesai kuliah,” ucap Laoshi Felix.
Program S1 di China umumnya berlangsung selama 4 tahun, sama seperti di Indonesia. Namun, untuk mahasiswa internasional yang belum fasih berbahasa Mandarin, ada opsi program 1+3 di mana tahun pertama fokus belajar bahasa intensif, dilanjutkan 3 tahun kuliah program sarjana.
Selain durasi studi yang efisien, biaya kuliah di China tergolong terjangkau dibanding negara barat. Rata-rata biaya kuliah berkisar antara 15.000-30.000 RMB per tahun atau sekitar 30-60 juta rupiah, tergantung universitas dan jurusannya. Biaya hidup bulanan juga relatif murah, sekitar 2.000-4.000 RMB (4-8 juta rupiah) untuk akomodasi, makan, dan transportasi.
Laoshi Felix menjelaskan bahwa berkuliah di China menarik karena mendapat pengalaman di luar negeri dan kesukaannya belajar bahasa Mandarin sejak SMP. Ada informasi juga mengenai beasiswa di jurusan dan universitas tersebut, yaitu program beasiswa untuk yang mendapat hasil Ujian Standar Bahasa Tionghoa di level HSK 4 dan HSK 5. Namun, kabarnya beasiswa tersebut sedang ditiadakan selama pandemi.
Pilihan Jurusan Kuliah di China
China menawarkan beragam jurusan untuk mahasiswa internasional, mulai dari jurusan bisnis seperti International Trade and Economics, Finance, dan Business Management, hingga jurusan teknik seperti Computer Science, Engineering, dan Architecture. Jurusan kedokteran (MBBS) juga populer karena diakui secara internasional dengan biaya lebih murah. Selain itu, tersedia jurusan bahasa dan sastra seperti Chinese Language and Literature, serta jurusan seni dan desain yang berkualitas tinggi.
Bagi kamu yang ingin eksplorasi lebih dalam tentang jurusan bahasa, baca juga artikel Kupas Tuntas Jurusan Sastra Cina untuk mendapat gambaran lengkap prospek karirnya.
Pengalaman Laoshi Felix Berkuliah di China
Laoshi Felix bercerita kalau awalnya ia memakai agen dan ternyata di sana ada banyak orang Indonesia yang bergabung juga. Sebelum berkuliah, ia belum bisa Mandarin secara fasih.
“Jadi makanya aku pilih yang 1+3 jadi nggak perlu belajar Mandarin lagi, jadi 4 tahun langsung selesai kuliah, lebih cepat,” jelas Laoshi Felix.
Ia mengungkap kalau ada belasan orang dari Indonesia di angkatannya yang ke Anhui University. Selama berkuliah, mahasiswa tinggal di asrama dan memilih teman satu kamarnya sendiri.
Laoshi Felix bercerita kalau ia telah berkenalan dengan salah satu orang yang akhirnya menjadi teman di asrama. Pengalaman belajar di China diawali dengan belajar bahasa selama satu tahun.
Jadwal belajarnya dari hari Senin sampai Jumat setiap pukul 8 pagi sampai 12 siang. Laoshi menjelaskan kalau di daerah lain ada yang lebih full, bahkan sampai jam 5 sore.
Berhubung Laoshi Felix hanya belajar selama 4 jam sehari, sisa waktunya ia gunakan untuk bermain dan mencari teman untuk mengobrol dengan bahasa Mandarin.
“Jadi dapat experience juga untuk ngobrol sama orang lain, nggak berdasarkan bahasa formal doang,” ujarnya.
Ia juga bercerita kalau awalnya tidak fasih berbahasa Mandarin dan yang membuatnya cepat lancar selain pembelajaran di kelas yaitu sering berkomunikasi dengan orang lain atau memiliki teman bicara. Laoshi Felix juga memberikan tips untuk mencari di PLECO (Kamus) kalau kebingungan saat berbincang.
Kelebihan Kuliah di China
Kuliah di China memiliki banyak keunggulan yang membuatnya semakin diminati. Pertama, biaya pendidikan dan hidup yang relatif terjangkau dibanding negara maju lainnya. Kedua, kualitas pendidikan yang terus meningkat dengan banyak universitas China masuk ranking dunia. Ketiga, kesempatan belajar bahasa Mandarin langsung dari native speaker dalam kehidupan sehari-hari, yang sangat berharga di era globalisasi ini. Keempat, pengalaman budaya yang kaya dan mendalam. Kelima, peluang networking internasional dengan mahasiswa dari berbagai negara, serta akses ke pasar kerja China yang terus berkembang pesat.
Pengalaman belajar bahasa Mandarin tidak hanya membuka peluang kuliah, tetapi juga mengubah cara pandang terhadap dunia. Seperti kisah inspiratif dalam artikel Mandarin Mengubah Cara Melihat Dunia, bahasa Mandarin bisa menjadi kunci membuka peluang karir dan pengalaman hidup yang luar biasa.
Tips dari Laoshi Felix untuk Kamu yang Tertarik Kuliah di China
1. Rajin Menulis Hanzi
Laoshi Felix mengungkap kalau dulu beliau satu minggu sekali ada ujian dengan sistem mendikte. Metode guru mendikte (ngomong) dan murid menulis membuatnya cepat menguasai bahasa Mandarin.
“Jadi tiap malam sebelum ujian misalnya ada beberapa kata baru, aku tulis 10x sambil dengerin lagu atau sambil santai. Itu yang bikin aku ingat sama hanzinya,” jelas Laoshi Felix.
Kamu perlu tahu cara pakainya bagaimana, cara menulis, dan artinya.
2. Jangan di Rumah Saja dan Perbanyak Komunikasi dengan Orang China Lokal
Laoshi Felix memberi tips untuk sering bermain ke luar dan ajak penduduk lokal berbincang. Beliau mengungkap kalau orang China sebenarnya agak introvert jadi kita harus SKSD (sok kenal sok dekat), jangan takut berbaur.
Misalnya, kamu keluar cari makan dan ngobrol dengan penjualnya, pasti ditanya-tanya sekalian melatih bahasa.
3. Jangan Takut Salah Ngomong
Sesuai dengan nomor 2, jangan takut berbicara bahasa Mandarin meskipun belum jago.
“Kalau ngomong meskipun nadanya jelek, pasti ditanggepin, nggak ada yang ketawain,” ujar Laoshi Felix.
Ia bercerita kalau dulu nada bicara atau cara ngomong Mandarinnya masih kurang bagus dan tidak pernah ditertawakan oleh orang sana.
Persiapan Belajar Bahasa Mandarin Sebelum Kuliah ke China
Nah, gimana? Setelah membaca artikel di atas, apa jadi tertarik untuk berkuliah di China seperti Laoshi Felix?
Yuk, sebelum berangkat ke China, siapkan dulu basic bahasa Mandarin-mu dengan belajar bersama Cetta Mandarin.
Cetta punya kelas pemula Chuji Shang (HSK 1) yang dirancang khusus untuk membantu kamu membangun fondasi bahasa Mandarin dengan kuat dan menyenangkan. Kamu bisa memilih kelas Regular atau Private 1-on-1, sesuai kebutuhan dan jadwalmu.
Segera konsultasi gratis dengan admin Cetta dan dapatkan diskon 10% saat checkout kelas pilihanmu. Raih impian study ke China di Cetta Mandarin!










