Artikel ini membahas bagaimana Mooncake Festival, mulai dari asal-usulnya, legenda di baliknya, hingga cara masyarakat modern merayakannya di berbagai negara.
Di akhir, kamu juga akan diajak untuk memperdalam bahasa Mandarin lewat kelas dari Cetta Mandarin, agar kamu bisa menikmati dan memahami tradisi ini dengan lebih bermakna lewat bahasa dan budaya aslinya!
Mooncake Festival merupakan perayaan tradisional masyarakat Tiongkok yang dilaksanakan setiap tanggal 15 bulan ke-8 dalam kalender lunar dan bertepatan dengan munculnya bulan purnama di musim gugur.
Terdengar menarik bukan? Yuk kita pahami lebih jauh lagi festival yang berasal dari Negeri Tirai Bambu ini!
Apa Itu Mooncake Festival?
Mooncake Festival atau yang juga dikenal sebagai Mid‑Autumn Festival (中秋节) adalah perayaan tradisional masyarakat Tiongkok yang dilaksanakan pada hari ke-15 bulan ke-8 kalender lunar.
Festival ini dilakukan saat bulan purnama paling bulat muncul dan musim panen mencapai puncaknya. Namun tahukah kamu, Mooncake Festival bermula dari ritual pemujaan kepada bulan dan doa syukur atas hasil panen.
Suatu hari, perayaan ini berkembang menjadi hari berkumpul keluarga, menikmati kue bulan (mooncake), dan menatap cahaya bulan bersama-sama.
Legenda Hou Yi dan Chang’e
Banyak cerita rakyat yang menceritakan asal-usul Festival Pertengahan Musim Gugur atau Mooncake Festival. Namun, legenda sepasang suami istri, Hou Yi dan Chang’e merupakan cerita yang paling terkenal.
Dikisahkan, pada suatu hari ada sepuluh matahari di langit dan menyebabkan badai panas dan penderitaan besar bagi manusia.
Hou Yi yang dikenal sebagai pemanah yang hebat, menembakkan anak panahnya ke sembilan matahari untuk menyelamatkan bumi dari kepanasan. Atas keberanian ini, ia dianugerahi ramuan keabadian oleh sosok dewi Xiwangmu.
Karena Hou Yi mencintai istrinya dan enggan menjadi abadi tanpa dia, Hou Yi mempercayakan ramuan itu kepada Chang’e untuk disimpan dengan aman.
Suatu hari, ada seorang murid berusaha mencuri ramuan keabadian itu. Sehingga, Chang’e tak punya pilihan selain menelannya sendiri untuk mengamankannya.
Seketika, tubuhnya ringan dan ia terangkat ke langit sebagai Dewi Bulan. Hou Yi yang pulang dan mendapati kepergian istrinya pun akhirnya bersedih.
Untuk tetap dekat dengan Chang’e, ia meletakkan buah‑buahan dan kue‑kue kesukaannya di luar rumah sebagai tanda cinta dan kerinduannya.
Dari kebiasaan sederhana itulah, lahir tradisi memakan kue bulan untuk menghormati Chang’e di malam purnama
Asal Usul Mooncake Festival
Mooncake Festival, atau Zhong Qiu Jie (中秋节), adalah tradisi masyarakat Tiongkok yang sudah dilakukan sejak masa Dinasti Zhou, yaitu sekitar 3.000 tahun lalu.
Tradisi menghormati bulan di musim gugur ini berakar dari praktik pemujaan yang tercatat dalam Rites of Zhou pada masa Dinasti Zhou (1046–771 SM).
Memasuki masa Dinasti Tang (618–907 M), tradisi tersebut mulai berkembang di kalangan masyarakat umum melalui kegiatan memandangi bulan purnama sebagai bentuk rasa syukur.
Kemudian, pada akhir Dinasti Yuan (1279–1368 M), muncul kebiasaan menikmati kue bulan (mooncake) yang melambangkan persatuan dan keharmonisan keluarga.
Perkembangan Mooncake Festival Tahun ke Tahun
Seiring berjalannya waktu, Mooncake Festival berkembang dari ritual panen menjadi perayaan keluarga yang hangat. Pada masa Dinasti Ming dan Qing, festival ini mencapai puncak popularitasnya dan dianggap setara dengan Tahun Baru Imlek dalam hal makna budaya.
Kini, festival ini dirayakan bukan hanya di Tiongkok, tetapi juga di berbagai negara seperti Singapura, Korea Selatan, Malaysia, Vietnam, dan bahkan Indonesia, terutama di komunitas Tionghoa yang masih menjaga tradisi leluhur.
Banyak perusahaan dan toko kue juga menjadikan momen ini sebagai ajang berbagi hadiah untuk keluarga, rekan kerja, dan sahabat.
Cara Masyarakat Lokal Merayakan Mooncake Festival
Dilansir dari laman Time, dalam tradisi China bulan purnama melambangkan kebersamaan keluarga. Karena itu, Mooncake festival biasanya dirayakan di rumah bersama orang terdekat.
Sementara di Hong Kong dan Singapura, masyarakatnya merayakan festival ini dengan parade lampion, pertunjukan seni, hingga lomba membuat mooncake. Di Vietnam, festival ini dikenal dengan nama Tết Trung Thu, di mana anak-anak membawa lentera dan berkeliling sambil bernyanyi.
Sedangkan, komunitas Tionghoa di Indonesia sendiri juga merayakan Mooncake Festival dengan saling mengirim mooncake, menyalakan lilin di halaman rumah, dan berkumpul untuk makan malam bersama.
Mengapa Kita Merayakan Mooncake Festival?
Meski akar perayaannya sudah ribuan tahun lalu, makna Mooncake Festival tetap relevan hingga kini, lho!
Festival ini dirayakan bukan hanya sebagai bentuk syukur atas hasil panen, tetapi juga sebagai momen untuk memperkuat hubungan keluarga dan persahabatan. Ini dia alasan kenapa kita harus tetap merayakan Mooncake Festival:
1. Simbol Kebersamaan dan Kepulangan
Bulan purnama melambangkan kesempurnaan dan kebulatan hati. Saat malam purnama, keluarga di Tiongkok dan diaspora di seluruh dunia berkumpul untuk makan bersama, menikmati mooncake, dan mengucap rasa syukur atas kebersamaan.
2. Ekspresi Syukur atas Panen dan Kehidupan
Secara tradisional, Mooncake Festival juga menandai berakhirnya musim panen. Oleh karena itu, festival ini menjadi bentuk rasa syukur kepada alam dan doa agar kehidupan tetap subur dan penuh berkah.
3. Waktu untuk Refleksi dan Ketenangan
Cahaya bulan sering dimaknai sebagai ajakan untuk berhenti sejenak, merenung, dan mengingat kembali makna hidup.
Gak heran jika banyak orang menjadikan malam festival ini sebagai momen spiritual untuk mengucap terima kasih atas hal-hal kecil dalam hidup.
Dengan kata lain, Mooncake Festival bukan hanya perayaan budaya, tapi juga pengingat akan pentingnya rasa syukur, kebersamaan, dan refleksi diri.
Memahami Budaya Mooncake festival bersama Cetta Mandarin
Setelah memahami makna dan sejarahnya, kamu akan lebih memahami bahwa Mooncake Festival bukan sekedar menikmati kue bulan, namun juga tentang rasa syukur, cinta, dan pentingnya kebersamaan bersama orang terdekat.
Kalau kamu ingin menikmati festival ini dengan pemahaman lebih mendalam, ikuti kelas Chuji Shang di Cetta Mandarin. Di kelas ini, kamu akan belajar:
- Kosakata budaya seperti 月饼 (yuèbǐng, mooncake) dan 中秋节 (zhōngqiū jié, Festival Pertengahan Musim Gugur)
- Dialog seputar budaya dan tradisi
- Cara berbicara dalam bahasa Mandarin yang alami tentang perayaan dan nilai-nilai budaya Tiongkok
Belum tahu harus mulai dari mana? Hubungi admin Cetta Mandarin melalui WhatsApp untuk konsultasi kelas yang paling sesuai dengan levelmu.
Selain itu, kamu juga bisa bergabung dengan Cetta Virtual Society (CVS), yaitu komunitas tempat kamu bisa berbagi pengalaman, berdiskusi budaya, dan berlatih Mandarin bersama pembelajar lain.
Seru banget, kan? Yuk, langsung aja daftarkan dirimu ke kelas bahasa mandarin di Cetta Mandarin sekarang!










