festival-hantu-kelaparan-ritual-sejarah

Mengupas Festival Hantu Kelaparan: Ritual, Sejarah, dan Nilai Budayanya

Daftar Isi

Kita akan membahas lebih dalam tentang asal-usul dan sejarah festival, berbagai ritual yang dijalani, cara perayaan di Indonesia, serta etika yang perlu diketahui agar kita bisa lebih memahami makna yang terkandung di dalamnya. Jadi, jika kamu tertarik dengan tradisi mistis dan budaya spiritual Asia, terutama Tiongkok, terus ikuti artikel ini.

Perayaan ini menyimpan banyak makna dalam budaya Tiongkok dan tidak hanya dirayakan di daratan China, tetapi juga di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, oleh masyarakat Tionghoa. Selain mempelajari sejarahnya yang menarik, kita juga bisa menyelami filosofi kehidupan yang terkandung dalam festival ini.

Seperti halnya Imlek, Festival Hantu Kelaparan juga merupakan bagian dari tradisi penting dalam budaya Tiongkok yang patut diketahui.

Kami di Cetta siap membantumu memahami lebih banyak tentang bahasa Mandarin dan budaya Tiongkok. Jika kamu ingin belajar lebih lanjut atau bertanya seputar kelas Mandarin, jangan ragu untuk menghubungi kami melalui WhatsApp di sini. Kami juga memiliki berbagai pilihan kelas Mandarin yang bisa disesuaikan dengan kebutuhanmu!

 

Asal-Usul dan Nilai Budaya Festival Hantu Kelaparan

Festival Hantu Kelaparan (中元节, Zhōngyuánjié) adalah perayaan yang sangat penting dalam budaya Tiongkok, dengan asal-usul yang kaya akan cerita mitologi dan spiritual. Festival ini dirayakan pada bulan ke-7 kalender lunar Tiongkok, yang biasanya jatuh pada bulan Agustus atau September. 

Dalam kalender lunar, bulan ini dikenal sebagai Ghost Month, di mana diyakini bahwa gerbang dunia bawah dibuka, memungkinkan roh-roh yang telah meninggal untuk kembali ke dunia manusia.

Menurut kepercayaan tradisional, pada saat ini, roh-roh arwah yang tidak bisa menemukan kedamaian, atau roh yang belum diberi persembahan oleh keturunannya, berkeliaran di dunia ini. 

Mereka dikatakan lapar dan haus, mencari perhatian dari orang yang masih hidup. Oleh karena itu, masyarakat Tionghoa mengadakan perayaan ini untuk memberi makanan dan persembahan kepada roh-roh tersebut, berharap mereka mendapatkan kedamaian dan tidak mengganggu kehidupan yang masih hidup.

 

Nilai Budaya di Balik Festival Ini

Festival Hantu Kelaparan lebih dari sekadar perayaan mistis. Ia mengandung banyak nilai budaya dan filosofis yang penting dalam kehidupan masyarakat Tiongkok, seperti:

  1. Rasa Hormat terhadap Leluhur
    Festival ini adalah bentuk penghormatan yang mendalam terhadap leluhur yang telah meninggal. Dalam budaya Tiongkok, menghormati leluhur adalah nilai yang sangat dijunjung tinggi. Festival ini memberikan kesempatan bagi keluarga untuk berdoa, memberikan persembahan, dan meminta berkat dari leluhur mereka.
  2. Kebaikan dan Berbagi
    Di balik ritual persembahan makanan dan barang-barang, terdapat pesan moral tentang kebaikan hati dan berbagi dengan sesama, baik yang hidup maupun yang telah meninggal. Festival ini mengajarkan bahwa kita harus berbagi dengan yang membutuhkan, baik dalam bentuk makanan, perhatian, atau doa.
  3. Kehidupan dan Kematian
    Festival ini juga mengajarkan masyarakat untuk merenungkan hubungan antara kehidupan dan kematian. Meskipun kematian adalah bagian tak terelakkan dari kehidupan, festival ini mengingatkan kita untuk tidak melupakan mereka yang telah meninggal dan menghargai hidup yang kita jalani.
  4. Spiritualitas dan Kepercayaan
    Festival ini juga berkaitan erat dengan kepercayaan spiritual dalam agama Buddha dan Taoisme yang dipraktikkan di kalangan masyarakat Tionghoa.

 

Ritual yang Dijalani dalam Festival Hantu Kelaparan

Festival Hantu Kelaparan melibatkan serangkaian ritual yang dilaksanakan untuk menghormati roh-roh leluhur dan arwah-arwah yang berkeliaran. Masyarakat Tionghoa percaya bahwa pada bulan ke-7 lunar, gerbang dunia bawah terbuka, memberi kesempatan bagi roh-roh untuk kembali ke dunia manusia.

 

1. Persembahan Makanan dan Minuman

Salah satu ritual utama yang dilakukan selama Festival Hantu Kelaparan adalah memberikan persembahan berupa makanan dan minuman. Keluarga akan menyiapkan berbagai macam hidangan, mulai dari nasi, buah-buahan, hingga makanan favorit leluhur mereka. 

Makanan ini disajikan di altar rumah atau di tempat umum, seperti vihara, dengan harapan roh-roh leluhur bisa menikmati hidangan tersebut. Selain itu, masyarakat juga sering menyediakan teh manis atau arak, yang dipercaya dapat menenangkan roh-roh yang datang.

 

2. Pembakaran Dupa dan Barang Persembahan

Pembakaran dupa merupakan ritual yang sangat penting dalam Festival Hantu Kelaparan. Dupa dibakar sebagai bentuk pemanggilan roh-roh dan untuk menciptakan suasana spiritual yang memungkinkan komunikasi antara dunia manusia dan dunia arwah. 

Selain dupa, masyarakat juga membakar berbagai barang persembahan berupa uang kertas, pakaian, bahkan mobil-mobilan kertas, yang diyakini akan sampai ke dunia roh dan memberikan mereka kenyamanan.

Barang-barang ini melambangkan bentuk penghormatan dan kasih sayang terhadap roh-roh yang telah meninggal, memberikan mereka segala yang mereka butuhkan di alam baka.

 

3. Pertunjukan Drama dan Opera Tradisional

Selain ritual di rumah dan vihara, Festival Hantu Kelaparan juga sering dimeriahkan dengan pertunjukan drama dan opera tradisional yang disebut “Gezaixi” atau “Peking Opera”

Pertunjukan ini biasanya melibatkan cerita-cerita tentang mitos, legenda, atau kisah-kisah dari kehidupan masa lalu, yang bertujuan untuk menghibur roh-roh yang hadir pada perayaan tersebut. Para penonton percaya bahwa pertunjukan ini bisa membuat roh-roh merasa dihormati dan memberi mereka hiburan setelah kehidupan yang penuh penderitaan.

 

4. Doa-doa untuk Roh yang Lapar

Selama Festival Hantu Kelaparan, masyarakat Tionghoa juga akan mengadakan doa-doa khusus untuk menyelamatkan roh-roh yang kelaparan atau yang belum menemukan kedamaian. 

Doa ini biasanya dipanjatkan di vihara atau di rumah masing-masing. Doa-doa ini meminta agar roh-roh yang datang diberi tempat yang layak di dunia roh, dan agar mereka tidak mengganggu kehidupan orang yang masih hidup.

Ritual ini sangat penting karena dipercaya bisa membawa kedamaian bagi roh-roh yang mengganggu, serta memberi berkat kepada keluarga yang melaksanakan doa.

 

5. Menghindari Perilaku Negatif

Selain memberikan persembahan, ada juga beberapa aturan yang harus diperhatikan oleh masyarakat Tionghoa selama Festival Hantu Kelaparan. Beberapa di antaranya adalah menghindari perilaku buruk atau tidak sopan, terutama terhadap roh yang datang. 

Masyarakat diajarkan untuk menghindari bertengkar, berperilaku kasar, atau menunjukkan sikap sombong, karena ini dianggap bisa membangkitkan kemarahan roh-roh dan mengundang malapetaka.

Jika kamu tertarik untuk untuk mengikuti festival ini dan ingin menyapa orang Chinese dengan bahasa Mandarin, mulai aja dari artikel Ucapan Selamat Pagi, Siang, Malam dalam Bahasa Mandarin dulu!

 

Cara Perayaan Festival Hantu Kelaparan Indonesia

Festival Hantu Kelaparan juga di negara-negara dengan komunitas Tionghoa yang besar, termasuk Indonesia. Di Indonesia, perayaan ini sangat kental dengan nuansa spiritual dan kebersamaan keluarga, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Medan, dan Surabaya, yang memiliki populasi Tionghoa yang signifikan. 

Meskipun perayaan ini sedikit bervariasi antar daerah, ada beberapa elemen umum yang menjadi ciri khas dalam cara perayaan Festival Hantu Kelaparan di Indonesia.

1. Persembahan Makanan dan Dupa

Sama seperti di Tiongkok, masyarakat Tionghoa di Indonesia juga menyediakan persembahan berupa makanan, minuman, dan barang-barang seperti uang kertas dan pakaian kertas. 

Di rumah, keluarga biasanya mengadakan ritual ini dengan menyiapkan berbagai hidangan tradisional seperti bubur ayam, nasi putih, dan buah-buahan untuk arwah-arwah leluhur mereka. Persembahan ini diletakkan di altar rumah atau di tempat yang dianggap suci, seperti di vihara.

Di beberapa tempat, seperti di Medan, masyarakat bahkan mengadakan acara khusus di vihara dengan menyajikan makanan dalam jumlah besar untuk arwah-arwah yang diyakini kelaparan. Selain itu, pembakaran dupa juga dilakukan dengan penuh khidmat, sebagai simbol doa dan penghormatan kepada leluhur.

 

2. Pertunjukan Seni dan Opera

Di Indonesia, Festival Hantu Kelaparan juga dimeriahkan dengan berbagai pertunjukan seni dan opera Tionghoa, seperti Opera Tiongkok, yang sering digelar di vihara atau tempat-tempat umum. 

Di kota-kota seperti Jakarta dan Surabaya, festival ini kerap diselenggarakan dengan pertunjukan yang melibatkan drama tradisional Tionghoa, tarian liong (sejenis tari naga), serta musik tradisional.

Selain sebagai hiburan, pertunjukan seni ini juga diyakini memiliki tujuan untuk menyambut roh-roh leluhur yang kembali dan memberikan mereka hiburan. Kegiatan ini menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan, membawa keceriaan dan kedamaian bagi masyarakat serta roh-roh yang datang.

 

3. Penghormatan di Vihara

Sebagian besar masyarakat Tionghoa di Indonesia mengunjungi vihara untuk melaksanakan ritual dan berdoa pada saat Festival Hantu Kelaparan. 

Di vihara, mereka tidak hanya memberikan persembahan, tetapi juga mengikuti upacara keagamaan, mendengarkan doa-doa yang dipimpin oleh biksu, serta melakukan penghormatan terhadap patung-patung dewa dan leluhur.

Upacara di vihara biasanya dihadiri oleh banyak keluarga yang berdoa bersama untuk meminta berkat dan perlindungan dari roh-roh leluhur mereka. Momen ini juga digunakan untuk mempererat hubungan keluarga dan komunitas Tionghoa.

 

4. Menghindari Perilaku Negatif

Selama Festival Hantu Kelaparan, masyarakat Tionghoa di Indonesia sangat menghargai nilai-nilai etika dan kesopanan. 

Selain menghindari tindakan yang dapat mengganggu roh-roh, mereka juga berusaha untuk tidak berdebat atau bertengkar. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga keharmonisan dan memastikan bahwa arwah yang datang tidak merasa terganggu.

Pada malam-malam tertentu, banyak keluarga yang juga akan mengingatkan anak-anak mereka untuk tidak keluar rumah terlalu larut malam. 

Hal ini karena diyakini bahwa pada malam hari, roh-roh yang kembali bisa berkeliaran dan menjadi lebih aktif, sehingga mereka harus dihormati dan dihargai dengan sikap yang tenang dan damai.

Selain memahami ritual, penting juga mengetahui kepercayaan terkait warna yang digunakan dalam perayaan Festival Hantu Kelaparan, seperti warna merah untuk keberuntungan atau warna hitam untuk mengenang leluhur yang telah meninggal.

 

Etika dan Hal yang Perlu Dihindari Saat Festival Hantu Kelaparan

Karena diyakini bahwa arwah-arwah yang lapar turun ke dunia, masyarakat Tionghoa menjaga sikap dengan sangat hati-hati agar tidak menyinggung roh-roh tersebut. Ada beberapa pantangan dan etika yang umumnya dipegang teguh selama bulan hantu, khususnya saat malam puncak festival.

1. Jangan Menunjuk ke Bulan

Salah satu pantangan paling populer adalah tidak boleh menunjuk ke bulan dengan jari telunjuk. Konon, jika melanggar, telinga bisa terpotong oleh roh jahat. Walaupun lebih dianggap mitos, larangan ini tetap dipatuhi untuk menunjukkan rasa hormat pada tradisi.

 

2. Hindari Keluar Malam Sendiri

Saat bulan hantu, terutama di hari ke-15, dipercaya banyak roh berkeliaran di jalanan. Oleh karena itu, orang tua sering melarang anak-anak keluar rumah sendirian pada malam hari untuk menghindari energi negatif atau gangguan dari roh penasaran.

 

3. Jangan Mengambil Persembahan

Persembahan makanan, minuman, maupun uang kertas yang diletakkan di jalan atau altar umum adalah milik arwah. Mengambil atau menyentuhnya dianggap sebagai tindakan tidak sopan yang bisa membawa kesialan. Karena itu, masyarakat biasanya membiarkan persembahan tetap utuh sampai selesai upacara.

 

4. Hindari Aktivitas Tertentu

Beberapa aktivitas juga dianggap tabu selama festival, seperti:

  • Menikah. Dipercaya membawa nasib buruk karena roh lapar ikut “menghadiri” pesta.
  • Pindah rumah. Dianggap mengundang roh masuk ke tempat baru.
  • Renovasi besar. Suara bising bisa mengganggu roh dan membawa ketidakberuntungan.

 

5. Tunjukkan Sikap Hormat

Selain menjauhi pantangan, etika utama dalam Festival Hantu Kelaparan adalah menjaga sikap hormat. Misalnya, berbicara dengan sopan, tidak menertawakan ritual, serta ikut menjaga kebersihan area persembahan. Dengan begitu, festival ini tetap berlangsung khidmat sekaligus damai bagi roh-roh maupun masyarakat yang merayakannya.

 

Ayo, Pelajari Lebih Dalam tentang Bahasa dan Budaya Tiongkok!

Festival Hantu Kelaparan memang sarat dengan tradisi dan makna mendalam. Namun, jika kamu ingin lebih memahami budaya Tiongkok yang kaya akan nilai spiritual dan filosofi hidup, maka belajar bahasa Mandarin adalah langkah pertama yang tepat, Cetz! 

Dengan memahami bahasa, kamu tidak hanya akan lebih dekat dengan tradisi seperti festival ini, tetapi juga akan membuka banyak peluang untuk memahami kebudayaan Tiongkok yang lebih luas.

Jadi, apakah kamu siap untuk memulai perjalanan belajarmu bersama Cetta? Kami siap membimbingmu, mulai dari pemula hingga tingkat lanjutan!

Tanya lebih lanjut atau daftar kelas melalui WhatsApp ini!

Rekomendasi Kelas Mandarin Cetta:

 

Bagikan

Picture of Fatimah M

Fatimah M

Berkecimpung di dunia content writing sejak tiga tahun lalu. Dan dia akan terus menjajal dunia kebahasaan ini dari bahasa lain.
Picture of Fatimah M

Fatimah M

Berkecimpung di dunia content writing sejak tiga tahun lalu. Dan dia akan terus menjajal dunia kebahasaan ini dari bahasa lain.

Transform Your Stressful Study Into an Enjoyable Journey

Coba Trial Class Gratis dan Nikmati

10%

Special Discount untuk untuk pendaftaran kelas

Plus, dapat artikel eksklusif untuk belajar bahasa lebih cepat

Form Popup