Jakarta, 13 Desember 2025 — ElevaU bekerja sama dengan Cetta English sukses menyelenggarakan webinar bertajuk Scholarship Talk ElevaU: Australia Awards Scholarship pada Sabtu (13/12). Kegiatan yang berlangsung secara daring melalui Zoom ini diikuti oleh peserta dari berbagai daerah di Indonesia yang memiliki minat melanjutkan studi ke Australia melalui jalur beasiswa.
Webinar dipandu oleh Susan Ardjawi dari tim ElevaU dan Cetta English. Acara dibuka dengan sesi sapa peserta, di antaranya Waode dari Kendari, Sulawesi Tenggara, serta Rian dari Surabaya yang berencana melanjutkan studi S2.
Dalam sambutannya, Cici, Manager ElevaU, menyampaikan bahwa webinar ini dirancang untuk membantu peserta memahami proses seleksi Australia Awards Scholarship (AAS) secara lebih terarah dan realistis. Ia menegaskan bahwa setiap peserta berada di tahap persiapan yang valid, baik yang telah memulai pengumpulan dokumen maupun yang baru berencana mendaftar.
“Jika teman-teman sudah menyiapkan dokumen atau sertifikasi bahasa, itu berarti kalian sudah on the right track. Namun, kalau belum mempersiapkan apa pun, itu juga tidak masalah karena hari ini kalian berada di tempat yang tepat untuk belajar strategi dan persiapan Australia Awards Scholarship,” ujarnya.
Cici juga menambahkan bahwa ElevaU dan Cetta English siap mendampingi peserta yang membutuhkan dukungan dalam persiapan dokumen beasiswa maupun peningkatan kemampuan bahasa Inggris.
Sesi utama diisi oleh Aditya Parama Setiaboedi, awardee Australia Awards Scholarship sekaligus lulusan Master of Commerce dari University of Sydney. Ia membagikan pengalamannya mengikuti proses seleksi AAS, termasuk perjalanan mencoba beasiswa tersebut hingga lima kali sebelum akhirnya berhasil lolos.
Dalam pemaparannya, Parama menjelaskan bahwa Australia Awards Scholarship merupakan salah satu program beasiswa asing terlama di Indonesia yang telah berjalan sejak 1949. Menurutnya, pengalaman panjang tersebut membuat AAS memiliki pemahaman mendalam terhadap kebutuhan penerima beasiswa Indonesia, baik sebelum keberangkatan, selama masa studi, maupun setelah kembali ke tanah air.
“Australia Awards Scholarship adalah salah satu beasiswa paling lengkap untuk studi di Australia. Proses seleksinya inklusif, tidak membatasi usia, latar belakang jurusan, maupun gender,” jelas Parama.
Ia juga memaparkan berbagai keunggulan AAS, mulai dari dukungan penuh saat proses wawancara, fasilitas tes bahasa, hingga pembiayaan transportasi dan akomodasi bagi peserta wawancara. Selain itu, AAS menyediakan program persiapan pra-keberangkatan selama enam minggu hingga enam bulan, tergantung pada kemampuan bahasa masing-masing peserta.
Tak hanya dukungan akademik, penerima AAS juga mendapatkan pendampingan non-akademik, termasuk bantuan adaptasi kampus, dukungan kesehatan mental, serta akses ke berbagai program pengembangan diri dan jaringan alumni internasional.
Mengangkat kisah personalnya, Parama menekankan bahwa perubahan strategi aplikasi menjadi kunci keberhasilannya. Ia mengadaptasi pengalamannya dalam mengelola program virtual tour edukatif selama pandemi sebagai bagian dari narasi kontribusi sosial yang relevan dengan nilai-nilai AAS.
“Teman-teman perlu menemukan alasan yang kuat mengapa ingin studi ke luar negeri. Dari situ, susun personal history dan bangun personal branding yang jujur dan berdampak,” katanya.
Dalam sesi tanya jawab, peserta tampak antusias mengajukan pertanyaan seputar mekanisme pendaftaran. Salah satu pertanyaan disampaikan oleh Maurina, yang menanyakan kewajiban sertifikat bahasa dan Letter of Acceptance (LoA) saat mendaftar AAS. Menanggapi hal tersebut, Parama menjelaskan bahwa sertifikat IELTS tidak wajib dilampirkan pada tahap awal pendaftaran.
“Teman-teman juga bisa mendaftar tanpa LoA terlebih dahulu. Nantinya, Australia Awards akan membantu mencarikan universitas yang sesuai dengan jurusan dan latar belakang pelamar,” jelasnya.
Menutup sesi, Parama mengingatkan peserta untuk mempersiapkan aplikasi sejak dini, mengingat pendaftaran Australia Awards Scholarship akan dibuka pada Februari 2026 dan ditutup pada April 2026. Ia menekankan pentingnya riset, konsistensi, serta pemahaman terhadap nilai kontribusi sosial sebagai faktor kunci dalam proses seleksi.
Melalui webinar ini, ElevaU dan Cetta English berharap dapat membantu lebih banyak calon mahasiswa Indonesia memahami peluang dan strategi melanjutkan studi ke Australia melalui jalur Australia Awards Scholarship.










