serangga semi atau tonggeret di atas daun

Berbagai Macam Arti Semi (蝉) dalam Bahasa Jepang

Daftar Isi

Artikel ini membahas makna kata “semi” (蝉) dalam bahasa Jepang, dari arti literal sebagai tonggeret hingga simbolisme filosofisnya dalam budaya Jepang seperti Mono no Aware. Banyak pembelajar hanya tahu “semi” sebagai serangga, tapi di baliknya tersimpan makna kultural dan filosofi hidup. Di akhir, kamu juga akan mendapatkan rekomendasi kelas bahasa Jepang untuk memperdalam pemahamanmu.

 

Apa Arti Semi dalam Bahasa Jepang?

Semi (蝉) dalam bahasa Jepang secara literal berarti tonggeret atau garengpung, yaitu serangga yang dikenal dengan ciri khas suara berisiknya pada musim panas. Dalam bahasa Inggris, serangga ini dikenal dengan nama ilmiah Cicadidae.

Namun, makna “semi” dalam bahasa Jepang melampaui sekadar definisi biologis makhluk tersebut. Kata ini mencakup banyak konsep budaya dan filosofis yang lebih dalam, menjadikannya salah satu contoh menarik bagaimana bahasa Jepang menyimpan kearifan lokal dalam kosakata sehari-hari.

 

Makna Literal: Semi sebagai Penanda Musim Panas

Hewan “semi” biasanya akan banyak muncul pada saat musim panas di Jepang. Musim panas di Jepang, yang dikenal sebagai “natsu” (夏), adalah musim ketika serangga ini paling aktif dan mengisi udara dengan suara berdering yang khas. Ini adalah suara yang sering dikaitkan dengan suasana musim panas yang hangat dan menggambarkan kehangatan alam.

Tonggeret ini ternyata mudah sekali untuk ditemukan bahkan di kota-kota besar di Jepang seperti Tokyo dan Osaka. Suara mereka yang nyaring menjadi soundtrack alami yang tak terpisahkan dari pengalaman musim panas Jepang. Ingin tahu lebih banyak tentang musim-musim di Jepang? Baca selengkapnya di artikel Musim dalam Bahasa Jepang.

 

Simbolisme Semi dalam Budaya Jepang

“Semi” memiliki makna simbolis yang dalam dalam budaya Jepang. Suara tonggeret dianggap sebagai bagian dari lanskap alam yang menunjukkan perubahan musim. Suara ini bisa mengingatkan orang pada musim panas yang panjang dan penuh warna.

Lebih dari itu, tonggeret juga dianggap sebagai simbol semangat dan tekad. Mengapa? Karena tonggeret akan terus berkicau bahkan ketika cuaca sedang panas di bawah matahari yang bersinar dengan terik. Kegigihan mereka ini menjadi inspirasi bagi budaya Jepang yang menghargai ketekunan dan ketahanan.

 

Konsep Mono no Aware: Keindahan dalam Ketidakkekalan

Istilah “Mono no Aware” (物の哀れ) adalah konsep penting dalam budaya Jepang yang seringkali terkait dengan perubahan musim dan suara dari semi. Mono no Aware merujuk pada perasaan keindahan dan kesedihan mendalam terhadap hal-hal yang tidak kekal atau akan berlalu. Ini mencakup kesadaran akan perubahan musim dan sifat sementara kehidupan.

Contohnya musim semi yang merupakan waktu singkat namun penuh keindahan, ketika bunga sakura mekar dengan indah sebelum berguguran. Begitu pula dengan serangga dalam budaya Jepang yang mewakili simbol-simbol penanda perubahan musim ke musim.

Seperti suara tonggeret dan belalang yang berdering, kemunculan kunang-kunang, kupu-kupu, serta kumbang tanduk dan capung—semuanya mengingatkan orang Jepang akan siklus kehidupan. Banyak orang Jepang yang merasakan konsep Mono no Aware dari serangga-serangga ini, mengajarkan kita untuk menghargai momen yang ada sebelum berlalu.

 

Asosiasi Semi dengan Kenangan Masa Kecil

Dalam beberapa karya seni Jepang, tonggeret serta belalang sering kali digambarkan dalam konteks anak-anak. Suara tonggeret dan belalang sering kali dikaitkan dengan kenangan masa kecil dan musim panas yang menyenangkan.

Mengapa demikian? Karena banyak anak-anak Jepang yang mencari serta mencoba untuk menangkap dan memelihara serangga-serangga ini pada musim panas. Aktivitas sederhana ini menjadikan serangga tersebut sebagai simbol nostalgia dan kebahagiaan. Bagi banyak orang dewasa Jepang, suara semi langsung membawa mereka kembali ke kenangan indah masa kecil mereka.

 

Semi dalam Seni dan Sastra Jepang

Banyak seniman dan penulis Jepang telah menggunakan “semi” atau tonggeret dan suaranya sebagai bahan inspirasi. Karya seni, puisi (haiku dan tanka), serta cerita sering kali mencoba mengekspresikan perasaan dan makna yang terkandung dalam suara serangga ini.

Dalam beberapa cerita Jepang, tonggeret bahkan digunakan sebagai simbol nasib atau perubahan dalam hidup karakter. Suara tonggeret sering dianggap sebagai tanda bahwa sesuatu yang penting akan terjadi, menambah dimensi dramatis dalam narasi.

 

Kesimpulan

Kata “semi” dalam bahasa Jepang tidak sekadar merujuk kepada serangga tonggeret atau suara berisik pada musim panas. Ini adalah kata dengan makna yang dalam dan beragam yang mencakup simbolisme, budaya, dan bahkan filosofi.

Ini adalah contoh bagaimana bahasa Jepang memiliki kemampuan untuk menyampaikan konsep yang lebih mendalam melalui kata-kata sederhana, mencerminkan kedalaman budaya dan pemikiran Jepang. Wah, ternyata ada banyak hal yang bisa kita pelajari ya dari satu kata “semi” (蝉) saja!

Selain terkenal dengan keindahan alamnya, ternyata Jepang memiliki banyak sekali nilai-nilai filosofis dalam hidup yang bisa kita pelajari.

 

Mulai Perjalanan Bahasa Jepangmu di Cetta!

Tertarik menggali lebih banyak kosakata Jepang yang kaya makna budaya? Yuk, lanjut belajar di kelas Shokyuu-2 Cetta Japanese! Di level ini, kamu akan belajar grammar, kanji, dan speaking melalui metode interaktif yang memudahkan memahami bahasa sekaligus budaya Jepang.

Kalau masih ragu, cek kisah sukses siswa kami di CV Story Al: Raih Impian ke Jepang.

Konsultasikan kelas yang paling cocok dengan kebutuhanmu langsung dengan admin Cetta, dan gunakan kode BACACETTAUPDATES untuk diskon 10% saat pendaftaran. Pelajari bahasa dan budaya Jepang sekaligus dengan cara yang menyenangkan!

Bagikan

Transform Your Stressful Study Into an Enjoyable Journey

Coba Trial Class Gratis dan Nikmati

10%

Special Discount untuk untuk pendaftaran kelas

Plus, dapat artikel eksklusif untuk belajar bahasa lebih cepat

Form Popup