Ali Akbar, co-founder Cetta membocorkan kunci keberhasilan Cetta Japanese dalam menerapkan metode pembelajaran online yang interaktif.
Konsisten terhadap passion, berani tampil beda, dan memahami keinginan pasar tampaknya jadi kunci sukses popularitas Cetta sebagai bimbingan belajar bahasa asing online, dan semua tidak lepas dari peran para pendirinya.
Namun, seberapa jauh perhatian co-founder terhadap bahasa Jepang, mengingat popularitas Cetta Japanese terbilang paling menonjol ketimbang bahasa lainnya di Cetta?
Yuk simak ceritanya!
Daftar isi
ToggleTernyata Co-founder Cetta itu Seorang Wibu!
Co-founder Cetta, Ali Akbar, secara terang-terangan mengakui dirinya seorang ‘wibu’ sehingga paham betul mengenai bahasa dan budaya Jepang.
Wibu atau Japanofilia adalah sebutan untuk orang non-Jepang yang tergila-gila pada budaya populer negeri Sakura.
Lanjut Ali, di luar itu, sebetulnya Cetta Japanese tak lebih menonjol ketimbang bahasa asing lainnya seperti Korea, Mandarin, dan Inggris, yang ada di Cetta.
Ia memastikan bahwa seluruhnya dijamin “high quality” dari segi rencana maupun strategi pembelajaran.
Meski begitu, Ali tak menampik bahwa Cetta Japanese memang memiliki follower Instagram terbanyak.
“Mungkin banyak juga yang wibu kayak dirinya jadi tertarik belajar bahasa Jepang,” ujarnya.
Kunci Keberhasilan Cetta: Terus Berinovasi untuk Konsumen
Alasannya, menurut Co-founder Cetta, boleh jadi lantaran pihaknya mau terus berinovasi untuk memahami dan memenuhi kepuasan konsumen.
“Kalau ditanya kenapa, mungkin karena Cetta dapat sangat memahami tren terjemahan yang ada di Indonesia.
Apa yang mereka suka, apa yang mereka inginkan, dan mungkin selama ini Cetta dapat memberikannya,” terang Ali.
Ia pun mengakui tak pernah membayangkan jika Cetta yang lahir semasa pandemi, bisa mencapai tahap seperti sekarang.
Menurutnya, Cetta bisa terus berkembang karena dibangun dari motivasi untuk berpartisipasi aktif membantu mencerdaskan bangsa,
dan tentu saja mengikuti arus perkembangan teknologi.
Oh ya, kenalin juga, ada juga founder Cetta, Arief Hidayatullah memberikan tanggapannya.
“Besar harapan kami semua orang yang terlibat dalam pekerjaan dan proses belajar mengajar di Cetta semakin memiliki pengetahuan yang luas, tidak terbatas pada kemampuan berbahasa saja nantinya,” tambah Arief Hidayatullah.
Ia menjelaskan bahwa tujuan besar tersebut sejatinya sesuai nama Cetta yang diambil dari bahasa Sansekerta dan berarti ‘pengetahuan yang luas’.
Lebih lanjut, Arief menerangkan bahwa Cetta bukan sekadar bimbingan belajar untuk meningkatkan kemampuan bahasa asing bagi kebutuhan akademik, pekerjaan, maupun harian.
Selain semua kegiatannya dilakukan tatap muka secara online sehingga memungkinkan bertemu banyak orang baru dari berbagai latar belakang, Cetta juga menawarkan kelas berkualitas yang interaktif.
Menariknya lagi, Cetta juga tampil beda dan menjangkau lebih banyak orang dengan menghadirkan komunitas.
“Cetta menawarkan ekosistem yang baik ketika tidak hanya pengajar yang bisa berbagi pengalaman dan pengetahuan, melainkan siswa pun bisa,” ujar Arief soal kualitas kelas Cetta.
“Cetta juga memiliki komunitas. Namanya Cetta Virtual Society, yang selalu mengadakan program Life Talk Show, conversation, discussion, nonton bareng, dan lain-lain, yang bisa diakses oleh semua orang secara gratis tanpa terkecuali,” tambahnya.
Yang mau tahu tentang komunitasnya bisa cek di Cetta Virtual Society ini ya.
Cetta Japanese per April 2022, memiliki 500 siswa aktif dan telah bermitra dengan kurang lebih 45 pengajar lulusan dari Universitas tersohor di Indonesia maupun di Jepang.
Alumni Cetta Japanese mencapai ribuan orang yang tersebar di seluruh Indonesia, maupun luar negeri seperti Australia, Malaysia, Singapura, dan Kanada.
Jadi, tunggu apalagi Cetz, segera bergabung!
Cek program bahasanya di tab atas atau link-link bawah pada akhir website ini ya!