Hi Cetz! Kali ini aku mau membagikan pengalamanku menjalankan bulan Ramadan selama berada di Australia. Ramadan merupakan bulan suci yang penuh makna bagi umat Muslim di seluruh dunia. Tidak terkecuali bagiku yang berada di Australia, negara dengan komunitas Muslim yang cukup padat; karena banyaknya jumlah pekerja muda dari Indonesia yang mengadu nasib di Negeri Kanguru ini melalui program Working Holiday Visa (WHV).
Sebagai salah seorang pejuang WHV yang tinggal dan bekerja di Australia, aku mau membagikan pengalamanku selama menjalankan puasa di negeri kanguru tersebut. Sehingga Cetz yang sedang berencana untuk mengambil jalur WHV dapat memahami tradisi dan kebiasaan selama Ramadan di negara ini yang tentunya dapat menjadi bekal yang berharga, baik untuk persiapan sosial maupun praktis selama disana.
Penasaran seperti apa perjuangan teman-teman pejuang WHV menjalani bulan Ramadan di Australia? Simak selengkapnya dibawah ini, ya Cetz.
Daftar isi
Toggle1. Puasa 18 Jam, Tantangan Seru di Negeri Kanguru
Salah satu hal yang paling menarik bagiku saat menjalani Ramadan di Australia adalah durasi puasa yang lebih lama dibandingkan dengan negara-negara lain. Di Australia, umat Muslim berpuasa sekitar 18 jam per hari, tergantung pada lokasi dan waktu matahari terbenam. Misalnya, di kota-kota besar seperti Sydney atau Melbourne, waktu Imsak jatuh sekitar jam 4-5 subuh dan berbuka puasa biasanya terjadi pada sekitar pukul 6-7 malam waktu setempat.
Tentu saja, puasa selama 18 jam membutuhkan persiapan matang, baik dari segi fisik maupun mental. Sehingga segala aktivitas selama berpuasa dapat dijalankan dengan baik. Tentunya ini dapat menjadi salah satu kesempatan bagiku untuk meningkatkan keimanan sepanjang berpuasa.
2. Tradisi Bukber (Buka Puasa Bersama) yang Meriah
Di Australia, tradisi bukber atau buka puasa bersama menjadi salah satu momen yang sangat aku nantikan. Meskipun komunitas Muslim di sana tidak sebesar di Indonesia, tetapi semangat kebersamaannya sangat terasa. Banyak masjid, pusat komunitas, dan restoran halal yang menyelenggarakan acara buka puasa bersama.
Beberapa daerah seperti Sydney, New South Wales dan Lakemba terdapat banyak masjid dan aku juga menemukan banyak komunitas imigran Muslim yang berasal dari Indonesia, Afghanistan dan Turki. Menariknya, ada banyak sekali penjual jajanan makanan untuk berbuka disini dimana tradisi ini dilakukan oleh penduduk Australia dari latar belakang agama yang berbeda-beda.
3. Iftar di Restoran Halal dan Masakan Khas Ramadan
Jika kamu ingin merasakan sensasi buka puasa ala Australia, maka kamu tidak perlu khawatir karena ada banyak restoran yang menawarkan menu spesial Ramadan. Sebagian besar restoran halal di kota besar seperti Sydney, Melbourne, dan Perth menyediakan paket buka puasa yang cukup lengkap, mulai dari kurma, samosa, pakora, fruit chaat, sup lentil, falafel, kunafa, dan baklava. Juga banyak hidangan utama seperti nasi briyani, kebab, hingga roti canai.
Ada begitu banyak pilihan yang sangat menggugah selera, favoritku adalah berbuka dengan kurma dan dilanjutkan dengan makanan seperti nasi briyani atau falafel yang merupakan makanan jalanan populer di Timur Tengah. Falafel merupakan makanan gorengan berbentuk roti pipih yang terbuat dari kacang arab dan kacang kapri.
4. Kegiatan Amal dan Sedekah Selama Ramadan
Salah satu aspek yang kental dalam tradisi Ramadan di Australia yang aku rasakan adalah kegiatan amal dan bersedekah. Di banyak kota, komunitas Muslim sering mengorganisir penggalangan dana untuk mereka yang membutuhkan. Ini menjadi kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan sosial, baik untuk membantu sesama maupun mempererat hubungan dengan orang-orang sekitar.
Aku sering menanyakan tentang kegiatan apa saja yang sedang berlangsung di sekitar, dimana ini menjadi kesempatan untuk bertukar informasi dengan orang-orang lokal maupun sesama ekspat.
5. Tarawih dan Masjid di Australia
Selama bulan Ramadan, biasanya umat Muslim disini banyak yang menyesuaikan kegiatan mereka dengan mengurangi aktivitas harian dan memperbanyak ibadah. Masjid-masjid di Australia sering mengadakan salat tarawih setiap malam selama bulan Ramadan.
Salat tarawih di masjid biasanya lebih singkat dibandingkan dengan di Indonesia, tetapi tetap menyuguhkan suasana yang khusyuk. Biasanya masjid, pusat komunitas muslim atau di gedung universitas akan diadakan salat berjemaah, dengan durasi bervariasi antara 8 rakaat atau 20 rakaat. Disebabkan karena terdapat perbedaan mazhab sesuai kepercayaan masing-masing.
6. Pameran dan Festival Ramadan
Di kota-kota besar seperti Sydney dan Melbourne, juga diadakan festival Ramadan yang merayakan keberagaman budaya. Festival ini sering kali mencakup pertunjukan musik, bazaar makanan, dan pameran seni.
Aku sangat senang menghadiri festival Ramadan ini. Karena ada banyak sekali kegiatan yang diadakan. Festival ini menarik banyak sekali pengunjung dari berbagai latar belakang, termasuk masyarakat non-Muslim yang tinggal di Australia.
7. Menyesuaikan Diri dengan Lingkungan Multikultural
Australia dikenal sebagai negara yang multikultural, yang berarti ada banyak etnis dan budaya yang hidup berdampingan dengan harmonis. Meskipun demikian, ada beberapa tantangan yang mesti aku lalui seperti jauhnya jarak masjid yang tersedia ataupun minimnya akses makanan halal yang tersedia.
Namun dengan adanya komunitas Muslim yang saling bahu membahu dengan menyediakan program buka puasa bersama, juga melakukan pendistribusian makanan halal, dan mengadakan kegiatan edukasi Ramadan; semua tantangan ini jadi lebih bermakna dan memiliki kesannya tersendiri.
Kesimpulan
Bagi kamu calon para pejuang Working Holiday Visa yang sedang berjuang untuk dapat kerja di Australia, mengenal tradisi Ramadan di negara ini sangatlah penting. Tidak perlu takut dengan kendala bahasa atau budaya yang berbeda. Kamu dapat menjalankan ibadah bersama komunitas-komunitas Muslim yang ada.
Jadi, jika Cetz berencana untuk merasakan pengalaman Ramadan di Australia, pastikan kamu telah mempersiapkan diri untuk menikmati kebersamaan, berbuka puasa dengan penuh suka cita, dan tentu saja sekaligus menjadi ajang untuk memperdalam kemampuan Bahasa Inggris secara langsung!
Apakah kamu punya pengalaman serupa di negeri lain yang tidak banyak penduduk Muslim-nya sepertiku? Jika iya, boleh sharing pengalaman kalian dengan mengirimkan cerita ke DM Instagram Cetta English, ya!
Bagikan ceritamu yang bisa saja menjadi inspirasi buat teman-teman pembaca lainnya.