Founder: Cetta Siap Berkiprah di Dunia Metaverse

CETTA Cetta Japanese, part of Cetta Online Class, kursus bahasa asing online yang mengedepankan metode kekinian, telah berhasil membuktikan pencapaiannya hanya dalam waktu singkat.

Pencapaian tersebut bukan tanpa tahapan, untuk melangkah sejauh itu, Cetta Japanese membangun brand knowledge yang baik sekaligus ide dan visi yang besar.

Salah satu founder Cetta, Monica Milan, mengatakan bahwa Cetta yang mengusung online studies pada awalnya sempat ragu mampu menerapkan metode pembelajaran yang efektif. Namun, kenyataan membuktikan sebaliknya.

Cetta Online Class Lahir Ketika Pandemi Mulai Menjangkit

“Sudah terbukti di Cetta, belajar bahasa secara online ternyata bisa menghasilkan hasil yang sangat baik,” ujar Monica.

Para siswa di Cetta nyatanya dapat lulus Proficiency Test, standar internasional seperti tes JLPT (sertifikasi kemampuan bahasa Jepang), IELTS dan TOEFL (untuk kemampuan bahasa Inggris), serta HSK (uji kemampuan bahasa Mandarin) dengan nilai memuaskan.

Melihat pembuktian tersebut, Monica berpendapat bahwa metode belajar online justru memiliki masa depan lebih cerah ketimbang metode konvensional, bahkan dengan keuntungan yang jauh lebih banyak.

Budaya Jepang di Mata Cetta, dan Pengaruhnya untuk Subkultur Indonesia

“Belajar online ternyata tidak mengurangi efektivitas dan juga kualitas. Karena semua komunikasinya ada, bisa lihat gambar, dan juga bisa melihat gurunya, bisa mencatat juga di situ,” jelasnya.

Keuntungan lainnya, lanjut dia, belajar online lebih praktis, mudah, dan fleksibel lantaran memungkinkan orang untuk belajar di mana pun, tanpa terkendala waktu dan biaya.

“Lebih gampang, cuma tinggal lihat dan juga ada record-nya jadi bisa dipelajari kapan pun,” ujar Monica

Cetta, kursus bahasa asing online yang siap berkiprah di dunia metaverse


Sementara itu, co-founder Cetta, Ali Akbar, menambahkan bahwa Cetta, khususnya Cetta Japanese dibangun melalui ide besar yang anti-mainstream.

Alih-alih mengembangkan Cetta sebagai online course berskala besar, Ali dan tim mencari cara agar dapat menjaga kualitas pengajaran yang standarnya sama.

“Kita menemukan sistem yang bisa menjaga kualitas antara kelas satu dan yang lainnya, walaupun terdapat ratusan kelas yang berjalan,” papar Ali.

Sebab itu, sambungnya, Cetta sebagai kursus bahasa asing online, memiliki sistem pembelajaran eksklusif yang bukan sekadar melancarkan strategi marketing semisal menjual hasil rekaman belajar dengan harga murah.

Sebaliknya, Cetta hanya membatasi per kelas diisi maksimal 10 siswa, “Karena kita belajar tatap muka menggunakan Zoom. (secara) Live,” tegas Ali.

Lebih lanjut, Ali mengatakan ada setidaknya 3 hal menarik dari Cetta Japanese, yakni kurikulum berstandar JLPT, tutor yang kompeten, dan metode fun learning.

“Tutor kita itu masih muda-muda dan profilnya bisa banget kalian cek di highlights Instagram Cetta,” saran Ali.

“Cetta (juga) punya racikan kualitas pengajaran yang fun sehingga dapat yakin bahwa tidak akan ada murid yang tidak senang belajar bersama Cetta,” tambahnya.

Dalam tiga tahun ke depan, Ali berharap mampu mewujudkan visi Cetta Japanese untuk menciptakan paradigma baru tentang belajar bahasa yang tidak lagi dinilai membosankan dan dapat berdampak besar pada hidup.

Bahkan ia menyatakan bahwa Cetta siap berkiprah di dunia metaverse apabila teknologi versi baru yang sedang bertumbuh tersebut sudah kuat.

Untuk saat ini, Cetta sendiri sedang membangun komunitas yang bisa diikuti oleh masyarakat luas.

“Kalian bebas ikut apabila kalian tertarik untuk belajar bahasa dan bersedia untuk sharing tentang pengetahuan kalian. Link bisa dicek di Instagram dan di website Cetta,” tutup Ali.***

BACA JUGA:  Pengalaman Tutor Cetta Bekerja Bersama Orang Asing, Gimana Rasanya?

Bagikan Artikel ini:

Artikel Lainnya

Isi Data Diri Dulu, Yuk!
Cetta Akan Kirimkan Kode Promonya ke Emailmu