Kimchi, ramyeon, hanbok, dan masih banyak lagi seputar Korea Selatan yang semakin dikenal luas secara global. Istilah demam Korea atau Hallyu wave yang fenomenal beberapa masa yang lalu rupanya meninggalkan jejak tradisi yang berkesan di seluruh penjuru dunia. Di artikel ini, kita akan membahas tradisi di Korea Selatan yang sangat dinantikan oleh wisatawan.
Tradisi di Korea Selatan bukan hanya seputar karena budaya K-pop seperti lagu dan drama, bukan pula seputar buah pikir teknologi canggihnya, tetapi juga karena tradisi budaya di masa lampau yang kaya dan sangat berarti bagi warganya.
Bagi kamu yang ingin berlibur ke Korea, memahami tradisi ini tentu dapat memberikan wawasan lebih dalam serta pengalaman lintas budaya yang menarik. Siapa tahu, ada beberapa tradisi yang masuk bucket list liburanmu! Ada apa saja ya? Yuk, disimak selengkapnya.
Daftar isi
ToggleSejarah dan Asal Mula Tradisi Korea
Tradisi Korea berakar dari ajaran Konfusianisme yang menekankan nilai-nilai seperti penghormatan kepada leluhur, keharmonisan sosial, dan pentingnya peranan keluarga.
Meskipun zaman telah berubah dan teknologi kian canggih, nilai-nilai ini tetap hidup dan menjadi dasar dalam berbagai ritual dan festival yang masih dilaksanakan di Korea hingga kini, lho.
Karena budaya merupakan tonggak dan identitas suatu bangsa, itulah sebabnya masyarakat Korea masih mempraktekkan-nya nilai-nilai tradisi hingga saat ini. Selengkapnya dibawah ini.
Tradisi Utama di Korea
1. Seollal (Tahun Baru Imlek Korea)
Seollal adalah salah satu perayaan paling penting di Korea, dirayakan setiap awal tahun berdasarkan kalender lunar(dihitung dari siklus pergerakan bulan).
Pada hari ini, masyarakat Korea akan mengenakan hanbok (pakaian tradisional Korea), melakukan ritual charye (penghormatan kepada leluhur), dan memainkan permainan tradisional seperti yutnori. Permainan ini menggunakan bidak dan 4 potong papan kayu yang dilempar seperti dadu.
Hidangan khas Seollal adalah tteokguk, sup kue beras yang diyakini akan membuat seseorang “bertambah umur” saat memakannya. Sup tteokguk biasanya dimakan di pagi hari sebagai simbol bertambah umur satu tahun. jadi walaupun belum ulang tahun, kalo udah makan tteok ini di hari seollal, perhitungan umurnya udah nambah. Wah, mirip seperti tradisi makan mie panjang umur ya.
2. Chuseok (Festival Panen Musim Gugur/hari Thanksgiving Korea)
Dirayakan pada bulan ke-8 kalender lunar, Chuseok adalah momen keluarga untuk pulang kampung (mudik), melakukan charye untuk menghormati leluhur, dan berbagi makanan seperti songpyeon.
Songpyeon merupakan kue beras tradisional Korea yang berbentuk bulan sabit dan memiliki makna simbolis sebagai harapan akan masa depan yang cerah dan penuh keberuntungan.
Ada kepercayaan dimana jika kamu membuat songpyeon dengan bentuk yang indah, maka kamu akan mendapat pasangan yang baik atau keberuntungan di masa depan.
Kenapa bentuknya harus menyerupai bulan sabit? Sebagai perlambangan masa depan yang lebih baik. Songpyeon biasanya memiliki macam-macam isian yang biasanya manis, seperti: pasta wijen, kacang merah dan kacang hijau. Dan dikukus diatas daun pinus (songnamu) sehingga memiliki aroma yang khas dan menjaga kondisinya tetap segar.
3. Kimjang (Tradisi Membuat Kimchi Bersama)
Tradisi yang ditetapkan sebagai warisan budaya UNESCO ini memperlihatkan semangat gotong royong masyarakat Korea.
Kimjang adalah tradisi membuat kimchi dalam jumlah besar yang dilakukan secara bersama-sama oleh keluarga, tetangga, atau komunitas menjelang musim dingin. Pada era Joseon, tradisi ini merupakan bagian dari persiapan penting masyarakat Korea untuk menghadapi musim dingin yang panjang, di mana sayuran segar sulit ditemukan.
Kimchi menggunakan bahas utama sayur kubis korea/baechu yang difermentasikan menggunakan pasta campuran bahan-bahan untuk melembutkan dan memperkaya rasa sayur.
Setelahnya, kimchi akan disimpan di wadah kedap udara (biasanya pot tanah liat onggi atau kulkas khusus kimchi), lalu difermentasikan selama beberapa minggu.
Tradisi ini juga dipercaya sebagai bagian untuk melestarikan resep keluarga, meskipun di era modern ini sudah banyak kimchi siap saji yang gampang didapatkan.
Festival Budaya Korea yang Wajib Diketahui
1. Jinhae Gunhangje (Festival Bunga Sakura di Jinhae)
Diselenggarakan setiap musim semi, festival ini menjadi salah satu festival bunga sakura paling terkenal di Korea Selatan.
Ketika musim semi tiba, distrik Jinhae akan dipenuhi dengan lautan bunga sakura yang mekar, dilengkapi parade militer dan pertunjukan seni budaya, menjadikannya destinasi wajib bagi para pecinta fotografi dan keindahan alam.
Barisan sekitar 360.000 pohon sakura bermekaran yang terhampar di sepanjang jalan ini tidak hanya menyuguhkan pemandangan yang indah tapi juga semerbak wanginya aroma bunga sakura.
2. Yeon Deung Hoe (Festival Lentera Teratai di Seoul)
Festival Lentera Teratai ini dilakukan untuk memperingati kelahiran Buddha dan diadakan setiap bulan Mei (bulan ke-4 kalender lunar, bertepatan dengan musim semi). Lentera merupakan perlambang simbolik sebagai penerang hati, kebijaksanaan, dan harapan untuk dunia yang damai.
Kota Seoul dan sekitar kuil Jogyesa akan dipenuhi dengan lentera-lentera teratai yang indah, arak-arakan parade budaya, serta pertunjukan seni yang menggabungkan spiritualitas dan estetika tradisional Korea.
Festival ini tidak hanya dihadiri oleh warga lokal saja, namun juga menarik perhatian banyak turis dan umat Buddha dari seluruh dunia. Festival ini juga telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO sejak tahun 2020.
3. Andong Mask Dance Festival (Festival Topeng Internasional Andong)
Diselenggarakan di kota Kota Andong, Provinsi Gyeongsangbuk-do, Korea Selatan, festival ini merayakan tari topeng tradisional Korea (talchum) dan pertunjukan topeng dari berbagai negara.
Festival budaya tahunan ini biasanya berlangsung selama 10 hari, biasanya dimulai pada hari Jumat terakhir bulan September, dan berpusat di Desa Hahoe, yang merupakan situs Warisan Dunia UNESCO.
Bermula pada tahun 1977, festival ini selain menyuguhkan pertunjukan tari dan musik tradisional, ada juga pertunjukkan kembang api, workshop budaya, pameran kerajinan tangan, dan stand makanan serta permainan tradisional.
Sedikit mengenai Desa Hahoe, merupakan desa tradisional yang terkenal dengan arsitektur hanok (rumah tradisional Korea) dan pemandangan alam yang indah. Desa ini telah mempertahankan gaya hidup dan budaya Korea sejak abad ke-16 dan menjadi tempat yang ideal untuk menyaksikan pertunjukan budaya asli Korea.
Tradisi Lainnya yang Menarik
1. Gangneung Danoje
Merupakan festival yang menggabungkan elemen shamanisme, Konfusianisme, dan budaya rakyat, serta telah masuk dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda UNESCO.
Festival tradisional tahunan ini diadakan di Kota Gangneung, Provinsi Gangwon, Korea Selatan. Diadakan untuk merayakan Dano, yang jatuh pada hari kelima bulan kelima menurut kalender lunar, dan berlangsung selama sekitar empat minggu, dari tanggal 20 bulan ketiga hingga 7 bulan kelima dalam kalender lunar.
Yang bertujuan untuk menghormati dewa-dewa lokal dan memohon perlindungan serta kemakmuran bagi masyarakat setempat.
2. Boryeong Mud Festival
Adalah festival musim panas terbesar di Korea Selatan, diadakan setiap tahun di Pantai Daecheon, Boryeong, Provinsi Chungcheongnam-do. Festival modern yang memadukan hiburan dan kesehatan melalui kegiatan bermain lumpur di Pantai Daecheon.
Disadur dari situs resminya, untuk tahun 2025 festival ini akan diadakan pada Tanggal 25 Juli – 10 Agustus 2025 (total 17 hari). Tidak usah khawatir kotor-kotoran dengan lumpur, karena lumpur yang dimaksud adalah lumpur mineral dari Boryeong yang terkenal bermanfaat bagi kulit seperti detoksifikasi dan peremajaan.
Adapun kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan sebagai berikut: mandi lumpur, gulat lumpur, voli lumpur, seluncuran, kolam, lintasan rintangan, konser K-pop, pesta EDM dan pertunjukan kembang api.
3. Ansan Street Arts Festival
Salah satu festival seni jalanan terbesar di Korea Selatan, yang diadakan setiap tahun pada bulan Mei di Kota Ansan, Provinsi Gyeonggi. Pada tahun 2025, festival ini akan berlangsung dari Sabtu, 3 Mei hingga Selasa, 6 Mei.
Ajang seni jalanan berskala internasional yang menampilkan seniman dari berbagai negara.
Venue yang digunakan adalah Ansan Culture Plaza dan Ansan Lake Park Central Plaza. Ada beberapa kategori tematik seperti Forest-Crossing-Square-City yang menyuguhkan tampilan artistik yang berbeda-beda. Tersedia juga zona ramah keluarga, dengan aktifitas-aktifitas menyenangkan untuk bermain bersama anak-anak.
Beberapa pertunjukan yang ditampilkan antara lain seperti Le Concert de Feu (Konser Api) yang berasal dari Prancis, menampilkan keterampilan api-perkusi-musik. Serta Panjul, seni tradisional Korea yang berupa pertunjukkan gabungan antara keterampilan dan humor dengan berjalan dan melompat di atas tali. Selain itu juga ada sirkus, musik live, tarian kontemporer dan seni jalanan.
Pengaruh Budaya Korea di Indonesia
Berkat ketenaran K-pop, ada banyak aspek budaya Korea yang kini mulai diaplikasikan di Indonesia, seperti:
- Kimchi & Ramyeon: Menjamurnya restoran dan cafe yang bertemakan Korea, serta produk-produk cepat saji yang mulai dijajakan di minimarket dan swalayan.
- Pakaian Hanbok: Mulai populer digunakan untuk tema pemotretan, acara cosplay, dan festival budaya Korea baik di lingkungan sekolahan maupun umum.
- Kelas Bahasa dan Budaya Korea: Mulai banyak lembaga kursus di Indonesia kini membuka kelas khusus untuk belajar Bahasa Korea, budaya, hingga seni tradisional seperti kaligrafi Hangul dan upacara teh.
Bila Cetz tertarik untuk belajar lebih lanjut tentang budaya Korea dan Bahasa Korea, kamu bisa banget gabung di Cetta Korean Class program. Tidak hanya belajar bahasa Korea-nya saja, kamu juga akan dikenalkan ke berbagai budaya dan tradisi Korea, lho!
Belajar di Cetta Online Class, kamu akan merasakan berbagai manfaat dan kemudahan yang membantu kamu untuk meningkatkan bahasa Koreamu, seperti:
A. Belajar bahasa asing dengan tutor-tutor muda berpengalaman tinggal di Korea.
B. Bisa berdiskusi dengan ribuan pejuang yang ingin ke luar negeri di komunitas Cetta Virtual Society.
C. Belajar dimanapun secara online dengan metode interaktif yang membuat kualitas bahasa asing meningkat tanpa batas.
D. Dapat menyesuaikan kelas yang diambil sesuai dengan kebutuhan, tanpa harus mengulang dari dasar.
Rasa Hormat dan Budaya Senioritas di Korea
Salah satu nilai yang sangat menonjol dalam tradisi Korea adalah rasa hormat terhadap senior atau orang yang lebih tua. Bagi Cetz yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang budaya senioritas di Korea, bisa cek disini ya.
Hal ini tercermin dari:
- Bahasa: Bahasa Korea memiliki sistem tingkatan bahasa yang sangat kompleks, dan pemilihan kata dipengaruhi oleh usia dan status sosial. Ada bahasa formal yang sopan, juga bahasa santai atau kasual. Penggunaan bahasa ini mesti sangat diperhatikan ketika sedang berkomunikasi dengan lawan bicara.
- Etika Sosial: Dalam pertemuan sosial, orang muda akan menuangkan minuman dengan kedua tangan, berlaku juga untuk junior kepada senior baik di acara kumpul anggota kampus. Selain itu sikap saat berbicara kepada orang yang lebih tua juga harus diperhatikan agar tetap hormat dan santun.
- Hierarki di Tempat Kerja: Penghormatan terhadap atasan atau senior sangat penting, dan dapat memengaruhi dinamika kerja sehari-hari. Bukan hanya di dalam lingkungan kantor, tapi juga saat sedang acara office dinner. Dengan pandai menempatkan diri, lantas akan mempermudah kehidupan kantoran.
Itu dia tadi beberapa tradisi di Korea dan juga festival yang sering diadakan. Tradisi yang masih dijaga hingga kini bukan hanya memperlihatkan nilai-nilai luhur seperti kekeluargaan, penghormatan, dan kebersamaan, tapi juga menjadi bagian dari identitas budaya dan citra bangsa.
Tentunya dengan mengenal budaya lain dapat memperkaya ilmu dan menambah wawasan, seperti semboyan Bhineka Tunggal Ika. Tapi, jangan sampai jadi krisis identitas diri dan lupa dengan budaya sendiri ya, Cetz!